Periqlytos Artinya Ahmad
“Dan (ingatlah) ketika Isa (Yesus) putra Maryam (Maria) berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad” (QS Ash Shaff 61:6)
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Periqlytos yang lain, supaya ia menyertai kamu selamanya” (Yohanes 14:16)
Ada ketidaklogisan dalam kata-kata yang dinisbahkan kepada Yesus oleh Injil keempat. Ia berkata seolah-oleh beberapa Periqlyte sudah datang dan pergi, dan bahwa “ Periclyte yang lain” akan diberikan hanya atas permintaan Yesus. Kata-kata ini juga meninggalkan kesan bahwa rasul-rasul itu sudah mengenal nama yang dalam teks Yunani menjadi Periclytos .
Kata sifat “yang lain” yang mendahului sebuah kata benda asing yang untuk pertama kali diumumkan kelihatan sangat asing dan sama sekali berlebih-lebihan. Tidak diragukan bahwa teks tersebut telah diubah, Seakan-akan bahwa Bapa akan mengirim Periqlyte atas permintaan Yesus, kalau tidak maka Periqlyte tidak akan pernah datang! Kata “minta” pun kelihatan dibuat-buat dan menunjukkan kesombongan di pihak nabi Yesus.
Kita sudah mengetahui bahwa Periclyte itu bukanlah Roh Kudus, maksudnya oknum Ilahiah, Jibril, atau malaikat lain. Sekarang masih harus dibuktikan bahwa Periclyte itu tidak mungkin seorang penghibur dan tidak pula seorang perantara antara Tuhan dan manusia.
Periqlyte itu bukan "Penghibur" (consoler), juga bukan "Perantara" (intercessor). Kami telah membuktikan sepenuhnya ketidakmungkinan material untuk menemukan arti dari "penghiburan" ataupun "perantaraan" (consolation atau intercession). Yesus tidak memakai kata Paracalon . Disamping itu bahkan dari sudut pandang agama dan moral, gagasan "penghiburan" dan "perantaraan" tidak dapat diterima.
Keyakinan bahwa kematian Yesus di atas tiang salib menyelamatkan orang beriman terhadap kutukan dosa asal, dan bahwa rohnya dan kehadirannya dalam Ekaristi akan selamanya bersama mereka, menyebabkannya tidak memerlukan penghiburan atau kedatangan sama sekali seorang penghibur. Di sisi lain, jika mereka memerlukan seorang penghibur, maka seluruh harapan umat Kristen tentang pengorbanan Yesus (disalib) di bukit Cavalry pun akan sia-sia. Sebenarnya dalam kitab-kitab Injil dan Epistle sangat jelas menunjukkan bahwa kedatangan Yesus untuk kedua kalinya di atas awan adalah sebentar lagi (Matius 16:28; Markus 9:1; Lukas 9:27; Yohanes 2:18; 2 Timotius 2:1; 2 Tesalonika 2: 3).
Penghiburan tidak pernah dapat mengembalikan yang hilang. Menghibur seseorang yang telah kehilangan matanya, kekayaannya, anaknya, atau keadaannya tidak dapat mengembalikan kehilangan-kehilangan tersebut. Janji bahwa seorang penghibur akan diutus oleh Tuhan sesudah Yesus pergi akan berarti kehilangan total seluruh harapan dalam kejayaan Kerajaan Tuhan. Janji akan seorang penghibur menunjukkan kedukaan dan ratapan dan tentu saja yang pasti telah mendorong para rasul-rasul kepada kekecewaan kalau tidak kepada keputusasaan. Yang mereka butuhkan bukan seorang Penghibur yang menghibur mereka dikala sedih, melainkan seorang pejuang yang akan menghancurkan setan dan kekuatannya, seorang yang akan mengakhiri semua kesulitan dan penindasan yang mereka alami, dan bukan hanya menghibur orang dikala sedih.
Gagasan tentang seorang "perantara" antara Tuhan dan manusia pun tidak dapat dipertahankan. Tidak ada mediator yang mutlak antara Pencipta dan mahluk-Nya. Keesaan Allah sendiri sajalah perantara kita yang mutlak. Yesus yang menganjurkan umatnya untuk berdoa kepada Tuhan dengan sembunyi-sembunyi, untuk memasuki ruangan dan menutup pintu serta kemudian berdoa - karena hanya dalam keadaan demikian itu "Bapa" akan berkenan mendengarkan do'a mereka dan menganugerahkan kepada mereka pertolonganNya - tidak dapat menjanjikan mereka seorang perantara. Bagaimana mendamaikan kontradiksi ini.
Semua orang beriman, dalam doa-doa mereka, saling memperantarai, para nabi dan malaikat pun melakukan hal yang sama. Kewajiban kita lah untuk memohon rahmat, ampunan, dan pertolongan-Nya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Tetapi Tuhan tidak diintervensi oleh sang Perantara, kecuali yang di ridoi-Nya. Saya –sepatutnya- berterima kasih kepada orang yang melalui perantaraannya, saya mendapat ampunan, dan keringanan. Namun saya merasa takut kepada hakim atau penguasa zalim yang mengakibatkan saya diserahkan kepada pihak eksekutor.
Apakah umat Kristen tidak berpikir, ketika umat Kristen meyakini bahwa Yesus (yang duduk disebelah kanan Bapa) menjadi perantara antara umat Kristen dan Allah, tetapi pada saat yang sama juga meyakini perantara yang lain (yang lebih rendah dari Yesus) yang duduk di singgasana Tuhan. Al Qur'an melarang keras mempercayai terhadap seorang "shafi" atau perantara dengan cara ini.
Tentu saja kita tidak mengetahui secara pasti, tetapi sangatlah bisa dimengerti bahwa malaikat-malaikat tertentu, roh para Nabi dan roh orang suci diizinkan oleh Tuhan untuk menolong dan memberi petunjuk kepada mereka yang berada dibawah perlindungan mereka. Gagasan tentang seorang perantara di hadapan pengadilan Allah, membela perkara para klien nya, mungkin sangat mengagumkan, namun hal ini adalah keliru, karena Tuhan bukanlah seorang manusia yang ketika menjadi hakim, ada kalanya berbuat nafsu, tidak teliti, dan tidak adil. Allah sangat mengetahui perbuatan dan hati manusia daripada para malaikat dan nabi. Konsekuensinya tidak perlu ada perantara antara Tuhan dan mahluk-Nya.
Keyakinan terhadap Perantara timbul akibat keyakinan terhadap pengorbanan, korban bakaran (sesajen), kependetaan, dan mitos. Keyakinan ini lah yang membuat manusia menghormati bahkan memuja kuburan dan gambar-gambar para santo dan martir, sehingga meningkatkan pengaruh dominasi Gereja. Tentu saja hal ini membuat orang bodoh tetap bodoh. Kabut tebal Perantara sama sekali menutup atmosfir spiritual antara Tuhan dan manusia. Lalu kepercayaan ini mendorong orang berpura-pura menjadi orang yang beriman lalu mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dengan cara mengumpulkan sejumlah besar dana untuk mendirikan misi-misi yang kuat dan kaya dan mendirikan Gereja, tetapi dalam hati mereka yang bekerja sebagai misionaris itu adalah kaki tangan dari pemerintah mereka masing-masing. Karena malapetaka yang sebenarnya menimpa orang-orang Armenia, Yunani, dan Kaldea-Asyiria di Turki dan Persia ditimbulkan oleh kaum misionaris yang menanamkan fanatisme buta lagi bodoh. Sehingga kita akan selalu menjumpai bahwa kepercayaan adanya Perantara selalu menjadi sumber penyelewengan, fanatisme, penindasan, kebodohan, dan lainnya.
Setelah kita membuktikan bahwa "Paraclete" dari Injil Yohanes bukan dan tidak bisa diartikan "penghibur" maupun "perantara," atau pun lainnya, dan bahwa kata tersebut merupakan bentuk Periqlytos yang sudah diselewengkan, kini kita akan melanjutkan dengan membahas arti kata itu yang sebenarnya.
Secara etimologis dan harafiah "Periqlytos" berarti "yang paling terkenal, termasyhur, patut dipuji." Sebagai sumber, saya mengambil kamus Yunani-Perancis dari Alexandre bahwa "Periqlytos", "Ou'on peut entendre de tous les cotes; qu'il est facile a entendre. Tres celebre," dan seterusnya= Periqleitos, tres celebre, illustre, glorieux" dari= Kleos, glorire, renommee, celebrite." Kata majemuk ini terdiri dari kata depan "peri" dan "kleotis" yang terakhir ini berasal dari “memuliakan, memuji." Kata benda, yang saya tulis dalam ejaan bahasa Inggris Periqleitos atau Periqlytos, bersesuaian dengan arti kata AHMAD dalam bahasa Arab, yaitu yang termasyhur, yang mulia, dan terkenal. Satu--satunya kesulitan yang harus diatasi adalah menemukan nama aslinya dalam bahasa Semit yang dipakai oleh Yesus dalam bahasa Ibrani ataupun Arami.
Pshittha (berbahasa Syria ) meskipun menulis "Paraqleita" namun dalam Daftar Katanya sama sekali tidak memuat arti kata tersebut. Sedangkan, Vulgate (berbahasa Latin) menerjemahkannya sebagai "penghibur" atau "penolong." Kalau saya tidak salah ingat, bentuk dalam bahasa Arami itu pastilah "Mhamda" atau Hamida" bersesuaian dengan bahasa Arab "Muhammad" atau "Ahmad", dan bahasa Yunani "Periqlyte." Penafsiran kata Yunani dalam arti “Penghiburan” ini tidak berarti bahwa nama Periqlyte itu sendiri adalah Penghibur, melainkan sebuah keyakinan dan harapan umat Kristen bahwa “dia” akan datang untuk menghibur umat Kristen. Karena harapan umat Kristen bahwa Yesus akan balik kebumi menyambut para muridnya telah sia-sia[1], maka mereka mengkonsentrasikan harapan pada kedatangan Periqlyte.
Wahyu Al Qur'an bahwa Yesus anak Maria memberitahukan kepada bani Israel bahwa dia "membawa kabar gembira tentang seorang utusan, yang akan datang sesudah aku dan namanya adalah Ahmad," adalah salah satu bukti yang terkuat bahwa Nabi Muhammad saw benar-benar seorang Nabi dan bahwa Al Qur'an benar-benar sebuah Wahyu Ilahi. Beliau pastilah tidak pernah dapat mengetahui bahwa Periqlyte itu berarti Ahmad, kecuali melalui ilham dan Wahyu Ilahi. Otoritas Al Qur'an adalah menentukan dan bersifat final; karena arti harfiah dari nama dalam bahasa Yunani itu bersesuaian dengan Ahmad atau Muhammad, dalam bahasa Arabnya.
Sungguh Mengagumkan bahwa nama yang unik ini tidak pernah sebelumnya diberikan kepada siapapun, secara ajaib disimpan untuk Nabi-Nya yang paling termasyhur dan paling pantas terpuji! Kita tidak pernah menjumpai orang Yunani memakai Periqleitos (atau Periqlytos) sebagai namanya, begitupun dengan orang Arab. Memang benar ada seorang dari Athena yang bernama Periqleys yang berarti "terpandang", tetapi tidak dalam bentuk tingkat superlatifnya.
Sangat jelas dari gambaran Injil Keempat bahwa Periqlyte adalah seorang oknum tertentu, Roh Kudus yang diciptakan, untuk tinggal ditubuh manusia untuk menyelesaikan pekerjaan luar biasa yang ditugaskan kepadanya oleh Tuhan, yang tidak pernah diselesaikan oleh orang lain, termasuk para nabi terdahulu. Tentu saja kita tidak menyangkal bahwa murid-murid Yesus benar-benar menerima Roh Tuhan, bahwa Yesus disucikan oleh Roh Kudus, dan banyak umat Kristen Ahlultauhid yang menjalani kehidupan shaleh. Pada hari Pantekosta (yaitu 10 hari setelah kenaikan Yesus), diceritakan bahwa Roh Tuhan turun pada murid-murid Yesus dan orang-orang beriman lainnya yang berjumlah 120 orang, dalam bentuk lidah-lidah api (Kisah pasal 2), dan jumlah ini yang menerima Roh Kudus dalam bentuk 120 lidah api ditambahkan pada 3000 jiwa yang dibaptis, tetapi tidak dikunjungi oleh lidah api Roh Kudus. Sudah pasti, satu Roh (bila anda artikan sebagai pribadi) tidak mungkin dibagi-bagi kedalam ratusan orang. Sehingga Roh Kudus (yang banyak mendapatkan tempat diayat-ayat Injil) bukan lah dalam artian satu pribadi, melainkan karunia, nikmat, dan ilham dari Tuhan. Yesus telah menjanjikan karunia Surgawi ini dan kekuasaan untuk menyucikan, mencerahkan, memperkuat, dan mengajari jemaatnya. Tetapi Roh ini jelas berbeda dengan Periqlyte yang menyelesaikan banyak pekerjaan luar biasa.
Umat Kristen yang hidup di abad pertama dan kedua masehi lebih mempercayai tradisi daripada tulisan-tulisan tentang agama baru (Kristen). Papias dan lain-lain termasuk dalam kategori ini. Bahkan dizaman para rasul pun telah timbul berbagai sekte, Kristus palsu, anti Kristus, dan guru-guru palsu merobek-robek Gereja sampai luluh (1 Yohanes 2:18-26; 2 Petrus 2,3:1; Yohanes 7-13;dan lain-lain). “Orang-orang yang percaya” dinasehati dan didesak untuk tetap berpegang dan patuh pada tradisi, yakni ajaran lisan para murid Yesus. Yang disebut sekte-sekte Bid’ah ini, seperti Gnostic, Appollinarian, Docetae, dan lain-lain, kelihatan tidak percaya kepada fabel, legenda, dan pandangan-pandangan berlebihan tentang pengorbanan dan penebusan Yesus, sebagaimana termuat dalam banyak tulisan hebat yang dikemukakan Lukas (1:1-4). Salah satu musuh utama pebid’ah dari sekte tertentu (yang namanya hilang dari ingatan saya) benar-benar menganggap Periqleitos sebagai namanya, pura-pura sebagai nabi “yang paling terpuji” yang diramalkan oleh Yesus dan mempunyai banyak pengikut. Seandainya saja ada Injil asli yang disahkan oleh Yesus atau para muridnya, tidak mungkin ada sedemikian banyak sekte yang semuanya menentang isi kitab-kitab yang termuat didalam atau diluar Perjanjian Baru. Secara aman, Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa umat Kristen generasi awal menganggap “Roh Kebenaran” yang dijanjikan sebagai seorang nabi-Nya yang terakhir.
Tidak ada keraguan bahwa yang dimaksud Periqlyte adalah Muhammad atau Ahmad. Dua nama (dari dua bahasa yang satu Yunani dan lainnya Arab) ini memiliki arti yang sama, yakni “yang paling terkenal dan terpuji” sebagaimana “Pneuma” dan “Roh” tidak lebih dan tidak kurang artinya adalah “Roh”. Kita sudah mengetahui bahwa terjemahan kata itu menjadi “Penghibur” atau “Penolong” adalah sama sekali tidak dapat dimengerti dan salah kaprah. Bentuk gabungan dari Paraqalon berasal dari kata kerja yang tersusun dari para-qalo , tetapi Periqlyte berasal dari Peri-qluo . Perbedaannya sangat jelas, oleh karenanya marilah kita periksa tanda-tanda sang Periqlyte yang hanya dapat ditemukan pada diri Ahmad atau Muhammad.
Muhammad sendiri mengungkapkan seluruh kebenaran tentang Tuhan, keesaan-Nya, agama, dan mengoreksi pencemaran nama dan fitnah-fitnah yang ditulis dan diyakini terhadap Diri-Nya dan banyak hamba-hamba-Nya yang suci. Dilaporkan bahwa Yesus telah mengatakan tentang Periqlyte bahwasanya ia adalah “Roh Kebenaran”, bahwa ia “akan memberi kesaksian” tentang Yesus yang sebenarnya dan tentang misinya (Yohanes 14:17; 15:26). Dalam khotbahnya, Yesus berbicara tentang pra-eksistensi rohnya (Yohanes 8:58; 17:5). Dalam Injil Barnabas, Yesus dilaporkan sering berbicara tentang keagungan dan kemegahan roh Muhammad yang telah dilihatnya. Tidak ada keraguan bahwa roh dari nabi terakhir ini telah diciptakan lama sebelum Adam. Oleh karena itu, Yesus ketika berbicara tentang dia pasti akan menyatakan dan menggambarkannya sebagai “Roh Kebenaran”. Roh Kebenaran inilah yang menegur umat Kristen (karena telah menyimpang dari ajaran-ajaran nabi terdahulu) karena membagi-bagi keesaan Tuhan menjadi trinitas, karena mereka mengangkat Yesus kepada martabat Tuhan dan anak Tuhan, dan karena mereka telah membuat segala macam ketakhayulan dan bid’ah. Roh Kebenaran inilah yang membongkar penipuan-penipuan yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Kristen karena menyelewengkan kitab suci mereka, yang mengutuk kaum Yahudi karena segala fitnah yang mereka alamatkan kepada perawan Maria dan Yesus. Roh Kebenaran inilah yang menunjukkan hak kelahiran Ismail, Tidak berdosanya Luth, Daud, Sulaiman, dan banyak nabi lainnya dan membersihkan para nabi dari segala noda fitnah para pemalsu alkitab.
Diantara tanda-tanda Periqlyte atau Roh Kebenaran yang ketika ia datang dalam wujud “Anak Manusia” adalah “ia menyadarkan dunia akan dosa” (Yohanes 16:8-9). Tidak ada hamba Allah lainnya, apakah seorang Raja seperti Daud dan Sulaiman, atau seorang nabi seperti Ibrahim dan Musa, yang melaksanakan penyadaran akan dosa ini sampai benar-benar tuntas, dengan ketegaran hati, semangat, dan keberanian seperti Muhammad. Setiap pelanggaran hukum adalah dosa, dan kemusyrikan adalah induk dan sumbernya. Kita berdosa besar ketika mencintai suatu objek lebih daripada Tuhan. Semua nabi menyadarkan tetangga dan kaum mereka akan dosa, tetapi tidak dalam skala “dunia”, seperti yang dilakukan Muhammad. Dia tidak hanya membasmi kemusyrikan sampai keakar-akarnya di Jazirah Arabia dimasa hidupnya, tetapi juga mengutus utusan kepada Chosroes Parviz dan kepada Heraclius, penguasa dari dua kerajaan terbesar, Persia dan Romawi, dan kepada Raja Ethiopia, Gubernur Mesir, dan beberapa Raja dan Emir lainnya, mengajak mereka semua untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan berhala dan keyakinan-keyakinan (dogma) palsu. Penyucian oleh Muhammad dimulai dengan penyampaian firman Allah ketika ia menerimanya, yaitu pembacaan ayat-ayat al-Qur’an kemudian dengan mengkhotbahkan, mengajarkan, dan mempraktekkan ajaran agama yang benar itu. Tetapi ketika kuasa kegelapan dan kemusyrikan melawannya dengan sejata, maka ia menghunus pedang dan menghukum musuh yang tidak beriman. Ini adalah pemenuhan nubuat Kitab Daniel pasal tujuh. Muhammad diberkahi Tuhan dengan kekuatan dan kekuasaan untuk menegakkan Kerajaan Allah, dan menjadi pangeran dan panglima tertinggi pertama dan sebagai raja diraja dan tuan segala tuan dibawah Tuhan.
Segi lainnya dari perbuatan-perbuatan Periqlyte (Ahmad) yang berani adalah bahwa ia akan menginsafkan terhadap banyak sekali kebenaran dan penghakiman (loc.cit). Penafsiran “akan kebenaran, karena aku (Yesus) pergi kepada Bapakku” (Yohanes 16:10) yang diletakkan dimulut Yesus adalah tidak jelas dan bermakna ganda. Kembalinya Yesus kepada Tuhannya diberikan sebagai salah satu alasan untuk penghukuman dunia oleh sang Periclyte yang akan datang. Mengapa demikian? Dan siapa yang menghukum dunia menurut cerita itu? Kaum Yahudi percaya bahwa mereka menyalib dan membunuh Yesus dan tidak percaya Yesus diangkat ke langit. Muhammad lah yang mensucikan dan menghukum mereka dengan berat karena kekafiran mereka. “Mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Yesus, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Yesus kepada-Nya” (QS An-Nisa 4:157-158).
Penghukuman yang sama juga ditimpakan kepada umat Kristen yang percaya bahwa Yesus mati disalib dan mengiranya sebagai Tuhan dan anak Tuhan. Terhadap semua ini al-Qur’an menjawab, “Padahal mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan degan Yesus bagi mereka” (QS An-Nisa 4:157).
Beberapa orang yang percaya terhadap yesus pada permulaan sekali agama Kristen, menyangkal bahwa Yesus sendiri menderita diatas salib, tetapi bersikukuh bahwa yang lain diantara para pengikutnya, Yudas Iscariot atau lainnya yang sangat serupa dengannya, ditangkap, dan disalib sebagai penggantinya.
Jemaat Korintus, Basilidus, Korpokratus, dan banyak sekte Kristen lainnya memiliki pandangan yang sama. Saya sudah sepenuhnya membahas persoalan penyaliban ini dalam karya saya yang berjudul Injil wa Salib , diantaranya hanya satu jilid yang diterbitkan di Turki persis sebelum perang besar –saya akan mengkhususkan sebuah artikel mengenai subjek ini.
Dengan demikian, peradilan yang dilakukan terhadap Yesus oleh Ahmad adalah berdasarkan sumber yang menyatakan bahwa ia adalah Ruhullah (Roh Allah), bahwa bukan Yesus yang disalib dan dibunuh, dan bahwa ia adalah seorang manusia yang menjadi utusan Tuhan. Inilah yang dimaksud Yesus dengan keadilan mengenai pribadi, misi, dan perpindahannya ke Surga, dan ini benar-benar diselesaikan oleh Rasul Allah.
Tanda terpenting pada diri Periqlyte adalah bahwa ia akan menginsyafkan dunia akan penghakiman “karena penguasa dunia ini telah dihukum” (Yohanes 16:11). Raja atas penguasa dunia ini adalah Setan (Yohanes 12:31; 14:30), karena dunia ini tunduk padanya.
Saya harus menarik perhatian kepada para pembaca saya agar memperhatikan kitab Daniel pasal tujuh yang ditulis dalam dialek Arami atau Babylonia. Disana digambarkan bagaimana mahkota (kursawan) dan penghakiman (dina) ditegakkan.
Dalam bahasa Arab pun kata “dinu”, seperti bahasa Arami “dina” artinya penghakiman, tetapi umumnya ia digunakan dalam arti agama. Bahwa Al-Qur'an harus menggunakan “Dina” Daniel sebagai ungkapan penghakiman dan agama adalah lebih dari penting. Menurut pendapat saya yang sederhana, ini adalah suatu dan bukti langsung dari kebenaran yang diturunkan oleh Roh Kudus yang sama atau Jibril kepada Daniel, Yesus, dan Muhammad.
Pengadilan yang digambarkan dengan segala kemualiaannya ditegakkan untuk menghakimi Setan dalam bentuk Binatang Buas Keempat yang menakutkan. Barulah kemudian seseorang muncul “seperti anak manusia” (“Kbarinish”) atau “Barnasha” yang dihadapkan kepada Tuhan dengan diberikan kepadanya kehormatan, kekuasaan, dan kerajaan untuk selamanya dan ditugaskan untuk membunuh Binatang Buas Keempat dan menegakkan Kerajaan orang-orang kudus milik Yang Maha Tinggi.
Yesus tidak ditugaskan untuk menghancurkan Binatang Buas. Yesus tidak ikut dalam urusan-urusan politik. Sebaliknya Yesus membayar upeti kepada Kaisar Romawi dan malahan melarikan diri ketika kaumnya hendak menobatkan Yesus sebagai Raja atas bangsa Yahudi. Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Sang Pemimpin dunia ini akan datang, karena sang Periqlyte akan mencabut kejahatan dan kemusyrikan sampai keakar-akarnya. Semua ini dituntaskan oleh Muhammad dalam beberapa tahun.
Islam adalah Kerajaan dan Pengadilan, atau sebuah agama yang mempunyai kitab hukum Al-Qur'an. Islam mempunyai Tuhan sebagai hakim dan raja tertinggi dan Muhammad sebagai pahlawannya yang meraih kebahagiaan dan keagungan yang abadi.
Tanda yang tak kalah pentingnya dari sang Periqlyte adalah bahwa ia tidak akan berkata-kata dari dalam dirinya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarnya itulah yang akan dikatakannya, dan ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang (Yohanes 16:13).
Tidak ada sedikitpun komentar untuk Al-Qur'an, selain bahwa isinya adalah firman Allah yang diwahyukan. Muhammad mengucapkan, melafalkan firman Tuhan seperti yang ia dengar dibacakan kepadanya oleh malaikat Jibril, dan ditulis oleh para juru tulisnya yang jujur.
Kata-kata, ucapan, dan ajaran Nabi, meskipun sakral, bukanlah firman Tuhan, melainkan Hadits.
Maka, apakah ia bukan sang Periqlyte sejati. Meskipun dengan gambaran seperti itu? Dapatkah Anda menunjukkan kepada kami orang lain selain Ahmad, yang sukses dalam pekerjaan besarnya baik dalam hal moral, kualitas, tanda-tanda istimewa Periqlyte ini? Anda tidak akan mampu!
Saya pikir saya sudah cukup membuktikan tentang san Periqlyte dan akan menyimpulkan dengan sebuah ayat Al-Qur'an, “Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan” (QS Al-Ahqaf 46:9)
--------------------------------------------------------------------------------
Catatan Kaki
[1] Ramalan Paulus tentang kedatangan Yesus (1 Tesalonika 4:16-17).
Dalam suratnya, Paulus meramalkan bahwa setelah kebangkitan Yesus dari kubur, dia dan seluruh pengikutnya yang masih hidup itu akan diangkat bersama-sama dengan Yesus dalam awan menuju langit tetapi lucunya bukan Yesus yang mendatangnya, melainkan pedang Kaisar Nero yang "menyambut" leher Paulus di luar tembok kota Roma tahun 64 M.
Ramalan kedatangan Yesus menurut Matius, Markus, dan Lukas (Matius 10:23; 16:28; Markus 9:1 dan Lukas 9:27)
Bahwa Yesus dan Kerajaan Allah akan datang sebelum para muridnya selesai mengunjungi kota-kota Israel. Ramalan ini ternyata tidak terjadi, sebab sampai saat ini Yesus belum juga turun datang kembali ke dunia. Padahal semua murid Yesus sudah meninggal 2000 tahun yang lalu.
Sumber:
"Menguak Misteri Muhammad SAW", Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006
0 komentar: