Pembaptisan Yohanes dan Yesus Hanyalah Jenis Sibghatullah
Sungguh sangat disayangkan karena para penginjil tidak mewariskan kepada kita catatan lengkap dan terperinci dari khotbahnya Yohanes, dan kalaupun mereka dianggap pernah mewariskannya, namun kejahatan dipihak Gereja karena tidak memeliharanya. Karena, adalah mustahil mengira-ngira ucapan-ucapan Yohanes yang misterius dan membingungkan dalam bentuknya sekarang ini dapat dipahami oleh orang terpelajar sekalipun.
Kita tahu bahwa para doktor dan ahli hukum Yahudi meminta dia untuk menjelaskan sendiri tentang berbagai macam hal dan menjadikan pernyataannya lebih tegas dan jelas (Yohanes 1:19-23 dan Yohanes 5:33). Tidak ada keraguan bahwa ia membentangkan poin-poin penting itu kepada para pendengarnya, dan tidak meninggalkan mereka dalam ketidakjelasan. Karena ia adalah “pelita yang menyala dan bercahaya” yang “bersaksi tentang kebenaran” (Yohanes 5:33-35). Apa kesaksian ini dan apa ciri kebenaran yang disaksikan itu? Dan yang membuatnya masih tidak jelas lagi adalah kenyataan bahwa masing-masing Penginjil tidak melaporkan poin-poin yang sama dalam istilah-istilah yang identik.
Tidak ada ketepatan mengenai ciri kebenaran itu, apakah itu tentang Yesus dan sifat misinya, ataukah tentang Rasul Allah, sebagaimana yang diramalkan oleh Yaqub (Kejadian 49:10) ? Apa kata-kata yang tepat untuk kesaksian Yohanes tentang Yesus dan tentang “nabi yang akan datang” yang merupakan pemimpinnya?
Kebenaran yang dipersaksikan oleh Yohanes, sebagaimana yang telah dikutip, membuat kita yakin tanpa ragu lagi bahwa Muhammad lah orangnya yang dimaksud. Yohanes memberikan dua kesaksian, satu tentang “Syliha d'Allaha” menurut dialek Palestina waktu itu yang artinya adalah “Rasul Allah /Rosululloh” dan satunya lagu tentang Yesus yang diutus oleh Allah sebagai nabi Yahudi terakhir yang memberikan cahaya Hukum Musa, dan telah ditugaskan untuk mengajarkan kepada kaum Yahudi bahwa keselamatan mereka terletak pada ketundukan mereka terhadap anak-anak Ibrahim yang agung, yakni melalui keturunan Ismail.
Seperti halnya kaum Yahudi lama yang mengacaukan kitab-kitab suci mereka, maka kaum Yahudi baru dari Gereja Kristen pun mengikuti dan meniru nenek moyang mereka dengan menyelewengkan kitab-kitab suci mereka. Namun, penyelesaian kitab-kitab Injil ini pun tidak dapat menyembunyikan kebenaran.
Poin utama yang merupakan kekuasaan dan superioritas sang pangeran Rasul Allah adalah pembaptisan dengan Roh Kudus dan Api. Catatan dari Injil Yohanes bahwa Yesus dan murid-muridnya juga dahulu biasa dibaptis dengan air secara serempak dengan Yohanes adalah suatu pencabutan de facto catatan Injil yang disisipkan bahwa Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan hanya murid-muridnya saja (Yohanes 3:23 dan Yohanes 4:1-2). Tetapi sungguh pun ia sendiri tidak membaptis, pengakuan bahwa murid-muridnya yang melakukan pembaptisan, membuktikan bahwa pembaptisan mereka sama sifatnya dengan pembaptisan Yohanes.
Mengingat fakta bahwa Yesus selama periode misi keduniawiannya melaksanakan ritus itu persis seperti yang dilakukan Yohanes dialiran air Sungai, dan bahwa ia menyuruh para muridnya untuk melanjutkan hal yang sama, maka menjadi jelaslah bahwa Yesus bukan orang yang dimaksud oleh Yohanes ketika digurun ia meramalkan seorang nabi yang kuat dan membaptis dengan roh dan api. Tidak memerlukan banyak pengetahuan atau kecerdasan luar biasa untuk memahami kekuatan argumen itu yakni Yesus semasa hidupnya dalam membaptis tidak menggunakan roh kudus dan api.
Lantas bagaimana bisa ia dianggap sebagai pembaptis dengan roh dan api atau diidentifikasi sebagai seorang nabi yang diramalkan oleh Yohanes?
Kesinambungan pembaptisan umat Kristen dan peningkatannya ke martabat sakramen adalah suatu bukti yang jelas bahwa Gereja tidak mempercayai pembaptisan selain dari yang digunakan melalui air. Logika dan nalar terhadap nubuat ini membuktikan bahwa dua pembaptisan itu adalah dua hal yang berbeda .
Yohanes tidak mengakui pembaptisan dengan api dalam pembaptisan dengan air. Sifat dan kemanjuran dari masing-masing pembaptisan dinyatakan dengan jelas. Yang satu dilaksanakan dengan membenamkan atau mencuci tubuh dengan air sebagai tanda atau lambang pertobatan. Dan satunya lagi dilaksanakan tidak lagi dengan air, melainkan dengan roh kudus dan api, yang efeknya adalah suatu perubahan yang sungguh-sungguh pada hati, keyakinan, dan perasaan.
Pendek kata, pembaptisan Yudeo-Kristen digantikan oleh “mandi” dan “wudhu” Islam atau pembersihan yang dilaksanakan tidak oleh seorang nabi atau pendeta, tetapi oleh si individu yang beriman sendiri yang melakukannya. Pembaptisan Yudeo-Kristen itu menjadi kewajiban sepanjang pembaptisan Allah (menurut Al-Qur'an adalah Sibhghatullah ) dipenuhi lebih dahulu sampai kedatangan nabi Muhammad, barulah pembaptisan model pertama tergantikan.
Begitu pentingnya dua pembaptisan itu hingga patut mendapat perhatian yang seirus, dan saya percaya observasi-observasi yang dilakukan dalam artikel ini pasti sangat menarik bagi para pembaca muslim maupun lainnya.
Umat Kristen (terus terang saya berpendapat) tidak dibenarkan mengabadikan pembaptisan mereka dengan air ad infinitum , karena Injil-injil mereka sendiri meramalkan bahwa ia akan dibatalkan oleh pembaptisan lain yang akan meniadakan penggunaan air sama sekali. Saya menyerahkan observasi-observasi berikut kepada penilaian yang bijak dan objektif dari para pembaca.
Pembaptisan dan Yang Bukan
Hak kita untuk setuju atau tidak setuju terhadap suatu doktrin/teori, tetapi tidak ada yang dapat membenarkan perilaku kita jika kita sengaja mengubah suatu doktrin untuk membuktikan kebenaran teori kita tentang doktrin itu. Mengubah kitab suci adalah perbuatan jahat, karena merusak sifatnya. Nah, pembaptisan Yohanes dan Yesus (sebagaimana dicatat dalam Injil/Bible) dengan jelas menggambarkan kepada kita hal yang justru bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh gereja-gereja dalam kegiatan pembaptisannya.
Kita tidak tahu pasti tentang kata Ibrani atau Arami yang asli untuk pembaptisan versi kata Yunani. Versi Pshittha menggunakan “ma'muditha” dari kata “aimad” dan “aa'mid” yang berarti “berdiri seperti sebuah a'muda” (pilar atau tiang), dan bentuk kausatifnya “aa'mid” artinya membangunkan, mendirikan, menegakkan, dan sebagainya , tetapi tidak mempunyai pengertian “membenamkan, memasukkan, mencuci, menyirami, memandikan” Sebagaimana yang dimaksud pembaptisan gereja.
Kata kerja Ibrani “rahas” (memandikan), “tabhal” (dibaca “thaval” yang artinya adalah membenamkan, memasukkan) bisa memberikan arti dalam kata Yunani “baptizo” (aku membaptis). Versi Perjanjian Baru dalam bahasa Arab telah memakai bentuk Arami, dan menyebut Yohanes “al-Ma'midan” dan “ma'mudiyah” untuk pembaptisan.
Dalam semua rumpun bahasa Semit, termasuk Arab, kata kerja “a'mad” berarti -dalam bentuk sederhananya atau qal – berdiri tegak seperti sebuah pilar dan tidak mengandung arti pencucian atau penyelupan, dan oleh karena itu tidak mungkin kata tersebut merupakan kata asli yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani “baptismos” .
Tidak perlu berargumen bahwa Yohanes dan Yesus tidak pernah mendengar tentang kata “baptismos” dalam bentuk Yunaninya, melainkan bahwa jelas-jelas ada tata nama Semit lain yang digunakan oleh mereka.
Memperhatikan pengertian klasik dari “baptismos” Yunani yang berarti larutan obat dalam alkohol, celup, dan pencelupan, kata yang digunakan tidak bisa tidak selain “Saba” dan kata Arab “Sabagha” (mencelup). Merupakan fakta yang terkenal bahwa kaum Sabian yang disebutkan oleh Al-Qur'an dan oleh para Bapak Kristen awal (seperti Epifanus) adalah pengikut Yohanes. Nama “Sabian” menurut penulis kondang Ernest Renan ( La vie de Jesus , bab vi) berarti para “Pembaptis”. Mereka mempraktekkan pembaptisan, dan seperti Hassayi lama (Essenian atau al-Chassaite) dan Ibionayi (Ebionite) menjalani kehidupan yang keras. Mengingat kenyataan bahwa pendiri mereka, Budasp, adalah seorang bijak Khaldea, ortografi yang benar dari nama mereka haruslah “Saba'i” yang berarti pencelup atau pembaptis.
Seorang Khaldea terkenal atau Catholicos Assyria dari abad ke 4, Mar Shimon, disebut “Bar Saba'i” (Anak para pencelup). Barangkali keluarganya beragama Sabin. Al-Qur'an menulis nama “Sabi'in” ini dengan huruf vokal hamzah bukannya ‘ain sebagaimana dalam bahasa Arami aslinya “Saba'i” .
Namun, saya sadar akan interpretasi-interpretasi lain untuk nama “Sabian” : Sebagian penulis menganggapnya berasal dari “Sabi” (anak Syet), dan yang lainnya dari Ibrani “ Saba ” (tentara), karena mereka dulu mempunyai ketaatan khusus kepada bintang-bintang sebagai tuan rumah surga. Meskipun mereka tidak punya kesamaan dengan gereja Kristen, kecuali “Sab'utsa”, atau pembaptisan, yang khusus, mereka secara keliru dipanggil “umat Kristiani Yohanes Pembaptis”. Al-Qur'an, seperti biasa, menuliskan semua nama asing seperti diucapkan oleh bangsa Arab.
Sebuah riset yang luas mengenai agama kaum Sabian, yang sudah hampir membanjiri bangsa Arab lama sebelum sinar Islam memancar dengan munculnya Rasul Allah, akan menunjukkan kepada kita beberapa kebenaran.
Ada tiga bentuk pembaptisan yang dipraktekkan oleh kaum Yahudi, Sabian, dan Kristen. Pembaptisan kaum Yahudi, yang tidak bersumber dari kitab-kitab suci mereka, terutama dimaksudkan untuk pemeluk baru. Masing-masing agama mempunyai formula pembaptisannya yang tertentu dan suatu ritual yang khusus. “Kohen” (pendeta) Yahudi membaptis pemeluk baru atas nama Allah. Sabian atas nama Allah dan Yohanes. Tetapi “Qusyisya” (Arab, “Qassis” atau Pastur) Kristen membaptis atas nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Holy Ghost), dimana nama Allah dan Yesus tidak dibaca secara langsung. Perbedaan dan antagonisme dari 3 sistem pembaptisan ini jelas sekali terlihat oleh kita.
Umat Yahudi sebagai pemeluk agama monoteisme tidak dapat mentoleransi nama Yohanes diasosiasikan dengan nama Elohim. Sementara formula Kristen sangat menjijikkan bagi rasa keagamaannya.
Tidak ada keraguan bahwa pembaptisan Kristen, dengan ciri Sakramen dan noda Politeisme nya juga dibenci oleh kaum Sabian. Simbol perjanjian antara Allah dan umatNya bukanlah pembaptisan melainkan khitanan (Kejadian pasal 17), yang adalah suatu kebiasaan kuno yang dilaksanakan secara ketat, tidak hanya oleh ketiga agama, tetapi juga oleh banyak suku Arab pagan. Bermacam-macam bentuk pembaptisan dan ritual ditengah bangsa-bangsa Semit ditimur ini bukanlah suatu institusi Ilahiah yang esensiil, tetapi hanya suatu simbol, dan karenanya tidak cukup kuat dan manjur untuk menggantikan satu sama lain. Kesemuanya menggunakan air sebagai materi pembaptisan mereka, dan kurang lebih, dalam bentuk dan tata cara yang relatif sama. Tetapi, masing-masing agama memakai nama berbeda untuk membedakan prakteknya dengan praktek yang dijalankan dua agama lainnya.
Kata Arami asli ”Sab'utha” – secara tepat diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani “Baptismos” – dengan setia dipertahankan oleh kaum Saba'I (Sabian),
Tampak bahwa umat Kristen Semit, dalam rangka membedakan pembaptisan sakramen mereka dengan pembaptisan kaum Saba'i menggunakan sebutan “ma'muditha” yang dari sudut lingustik tidak ada hubungan apa-apa dengan pembaptisan ataupun dengan pencucian atau pencelupan. Itu hanya bikinan Gereja saja.
Mengapa “ma'muditha” dipakai untuk menggantikan “Sab'utha” adalah suatu pertanyaan yang sama sekali asing bagi pokok pembahasan kita sekarang. Namun secara sambil lalu, saya bisa menambahkan bahwa kata ini dalam Pshittha digunakan juga dalam arti kolam tempat pembersihan (Yohanes 5:2).
Satu-satunya penjelasan yang bisa membawa kepada pemecahan persoalan “ma'muditha” ini adalah kenyataan bahwa Yohanes Pembaptis dan para pengikutnya, termasuk Yesus dan murid-muridnya, menyuruh seorang yang bertobat atau seorang pengikut baru untuk berdiri tegak dalam kolam air atau sebuah sungai untuk dimandikan dengan air, karena itulah namanya “aa'mid” dan “ma'muditha”.
Pembaptisan Kristen dengan berbagai macam definisinya, tak lebih dan tak kurang dari suatu fitnahan dengan air atau pencelupan didalamnya. Dewan Trent melaknat siapa saja yang mengatakan bahwa pembaptisan Kristen itu sama dengan pembaptisan Yohanes. Saya memberanikan diri untuk menyatakan bahwa pembaptisan kristen bukan saja tidak punya pengaruh spiritualnya, tetapi juga bahkan lebih rendah dari pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes. Dan jika saya pantas mendapat laknat Gereja karena pendirian saya, saya akan menganggapnya sebagai sebuah kehormatan besar dihadapan Pencipta saya.
Pembaptisan dengan air hanyalah simbol pembaptisan dengan Roh Kudus dan Api, dan setelah tegaknya Islam sebagai Kerajaan Allah yang resmi, maka tiga pembaptisan sebelumnya semuanya hilang dan dihapuskan.
Dari catatan yang tidak lengkap dalam kitab-kitab Injil, kita tidak bisa mendapatkan definisi yang benar mengenai sifat sebenarnya dari pembaptisan yang dipraktekkan oleh Yohanes dan Yesus. Klaim bahwa Gereja adalah tempat penyimpanana wahyu Ilahi dan penafsirannya yang benar, adalah sangat tidak masuk akal dan sama menggelikannya dengan klaim Gereja bahwa bayi atau orang dewasa yang dibaptis menerima Roh Kudus dan menjadi seorang anak Tuhan.
Jika kata Yunani “baptismos” adalah kata tepat untuk bahasa Arami “Sab'utha” atau “Sbhu'tha”, yang saya yakin memang benar, maka kata Arab “Sibghat” dalam Al-Qur'an, tidak hanya benar-benar memcahkan persoalan yang menyingkapkan misteri nubuat dari Yohanes, tetapi juga merupakan salah satu bukti yang mengagumkan bahwa kitab suci Islam adalah wahyu Allah langsung. Dan bahwa nabi Muhammad diberi wahyu dan merupakan orang sesungguhnya yang dinantikan kehadirannya oleh Yohanes.
Sang Pembaptis (Saba'a) mencelupkan atau membenamkan orang barunya atau seorang bayi kedalam sebuah kolam, seperti tukang celup mencelupkan kain atau pakaian ke dalam ceret celupan. Mudah dipahami bahwa pembaptisan bukanlah suatu “thahara”, penyucian atau pembersihan, juga bukan “thabala”, pembenaman, ataupun “rahsha”, pemandian atau penyucian, melainkan “sab'aitsa”, pencelupan, pewarnaan. Sangatlah pentinga untuk mengetahui perbedaan-perbedaan ini. Sebagaimana seorang “saba'a”, (tukang celup), memberikan warna biru pada pakaian dengan cara membenamkannya kedalam katel larutan pewarna, begitu pula seorang pembaptis memberikan kepada pemeluk baru suatu warna spiritual baru.
Disini kita harus membuat suatu perbedaan yang mendasar antara seorang Gentile (bangsa non-Yahudi) dan seorang Yahudi yang bertobat serta Arab keturunan Ismail. Yang pertama (Gentile) disunat secara formal, sedangkan yang berikutnya hanya dibaptis. Dengan penyunatan, seorang Gentile diterima dalam keluarga Ibrahim, dan karenanya tergabung dalam umat Tuhan. Dengan pembaptisan, orang beriman yang disunat diterima dalam masyarakat kaum beriman yang bertobat dan baru.
Penyunatan adalah tradisi Ilahi kuno yang tidak dibatalkan oleh Yesus maupun Muhammad. Pembaptisan dipraktekkan oleh Yohanes dan Yesus hanya untuk kepentingan orang-orang yang bertobat yang menjanjikan loyalitas dan penghormatan kepada Rasul Allah yang kedatangannya telah mereka berdua ramalkan.
Oleh karena itu, maka selanjutnya penyunatan menandakan agama Ibrahim dan para pengikutnya. Begitu pula, pembaptisan menandakan agama Yohanes dan Yesus, yang merupakan persiapan bagi kaum Yahudi dan kaum Gentile untuk memberikan sambutan kepada pendiri Islam dan untuk memeluk agamanya.
Menurut Injil Markus (1:1-8), pembaptisan Yohanes bersifat “pengampunan dosa”. Dinyatakan bahwa “seluruh daerah Yudea dan penduduk Yerusalem datang kepadanya dan semuanya dibaptis olehnya di Sungai Yordan sambil mengakui dosa-dosa mereka”, Ini sama dengan mengatakan bahwa jutaan kaum Yahudi yang bertobat mengakui dosa-dosanya, dibaptis oleh nabi, dan kemudian dosa-dosa mereka dihapuskan oleh air pembaptisan.
Pada umumnya, diakui bahwa Injil Markus adalah Injil tertua diantara empat Injil kanonik (Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes). Semua manuskrip Yunani kuno tidak mengandung 12 ayat terakhir yang ditambahkan kepada pasal 16 Injil Markus (16:9-20). Bahkan dalam ayat-ayat tambahan ini, ucapan “Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus” tidak dituliskan. Yesus hanya mengatakan, “Pergi dan ajarkanlah Injil keseluruh dunia, dia yang percaya dan dibaptis akan hidup, dan dia yang tidak percaya akan dikutuk”.
Sumber:
"Menguak Misteri Muhammad SAW", Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006
0 komentar: