Nathan Ellington: “I’m Moslem. Don’t Panic”
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, sedangkan pengeboman adalah perbuatan orang-orang jahat yang kebetulan pelakunya beragama Islam.
Di kalangan orang yang belum mengerti ajaran Islam, mungkin muncul anggapan seolah-olah agama ini sangat memberatkan pemeluknya, mereka sulit untuk bergerak, dan tidak fleksibel. Padahal kehadiran agama ini adalah untuk kebaikan bagi setiap orang yang menjalankannya, bukan sebagai beban.
Islam adalah sistem hidup yang sempurna, yang cocok diaplikasikan di seluruh permukaan bumi.
Orang mungkin masih sulit membayangkan kehidupan orang Islam di Inggris, apalagi kalau muslim itu sendiri justru warga negara Inggris. Mungkin terbayangkan bahwa dominasi Kristen dan Anglikan di sana tidak memberikan ruang gerak bagi agama lain, khususnya Islam. Betulkah demikian?
Orang mungkin masih sulit membayangkan kehidupan orang Islam di Inggris, apalagi kalau muslim itu sendiri justru warga negara Inggris. Mungkin terbayangkan bahwa dominasi Kristen dan Anglikan di sana tidak memberikan ruang gerak bagi agama lain, khususnya Islam. Betulkah demikian?
Ternyata hal itu tidak dialami oleh Nathan Ellington. Ia, warga negara Inggris yang sudah masuk Islam, mengaku dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, termasuk pada bulan Ramadhan sekalipun.
Profesinya sebagai pesepakbola di liga Inggris juga tidak menjadi hambatan baginya untuk menjalankan ibadah. Menurutnya, menjalankan perintah agama dengan menjadi pesepakbola merupakan dua hal yang saling melengkapi, karena keduanya membutuhkan kedisiplinan tinggi.
Nathan adalah pesepakbola yang harus selalu mengikuti latihan dan pertandingan di segala cuaca. Bulan Ramadhan, bagi umat Islam, tidak bisa dipakai menjadi alasan buat mangkir dari latihan, apalagi pertandingan. Maka, ia harus pandai-pandai menyiasati menu makannya agar tetap bugar selama bulan Ramadhan sehingga tetap bisa tampil prima dalam menjalankan tugasnya sebagai pesepakbola.
Nathan Ellington masuk Islam pada 2004 sebelum menikahi Alma, yang keturunan Bosnia. Namun andil kakaknya, Jason, juga cukup dominan. Artinya, keluarganya juga merestui keinginannya masuk Islam. Maka, ia pun tidak pernah menyembunyikan keislamannya kepada orang lain. Bahkan ia khusus mengenakan t-shirt yang bertuliskan “I’m Moslem. Don’t Panic” ketika menemui wartawan pada 2007.
Respons Positif
Setelah masuk Islam, Nathan tidak hanya menunjukkan identitas keislamannya dengan menjalankan puasa Ramadhan, misalnya. Ia juga tidak pernah meninggalkan shalat fardhu lima waktu.
Striker yang baru kembali ke Klub Liga Primer Watford setelah musim lalu dipinjamkan ke Klub Derby County ini terlahir sebagai nonmuslim. Maka ketika kemudian masuk Islam, dan kemudian dipinang oleh Klub Watford pada awal musim 2007, ia menjelaskan hal keislamannya itu kepada manajer tim kesebelasan tersebut, Aidy Boothroid, agar semuanya maklum dan terbuka.
“Saya bicara banyak dengan dia, sebab pemain muslim dianggap berbeda dengan lainnya. Memang saya punya berbagai kewajiban ibadah, tapi saya tidak ingin kehidupan religius dan profesional saya saling mengganggu,” kata pria berumur 29 tahun ini. “Ternyata ia memberikan respons positif. Ia malah mendorong saya untuk menjalankan perintah agama saya dengan sebaik-baiknya.”
Adakalanya waktu-waktu shalat berbarengan dengan jadwal latihan. Misalnya pada waktu shalat Ashar dan shalat Maghrib. “Untuk dua shalat itu saya minta izin beberapa menit. Saya shalat di ruang ganti. Saya sudah mempersiapkan sajadah dan baju koko serta kopiah putih. Jadi tidak masalah,” ujarnya. “Pelatih dan teman-teman menghargai hal itu sebagai sesuatu yang memang harus saya lakukan.”
Bagaimana dengan aktivitas ketika datang bulan Ramadhan? “Tidak masalah,” katanya. “Alhamdulillah, saya bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik. Saya juga tetap bisa mengikuti program latihan, terutama setelah berbuka puasa. Saat itu saya bisa mengganti semua nutrisi yang telah hilang selama puasa.” Ia juga menyiasati kebutuhan energi di siang hari dengan makan sahur dalam porsi yang cukup banyak.
“Pada bulan puasa saya bangun jam empat pagi, kemudian makan sahur dan memastikan tubuh saya sudah mendapat nutrisi yang cukup. Lalu shalat Subuh,” kata Ellington, yang pernah bergabung dengan Klub Wigan Athletic.
Yang menjadi kendala baginya adalah ketika harus bermain tandang. “Karena harus menempuh perjalanan ke luar kota, saya memilih tidak puasa dan menggantinya di waktu yang lain,” katanya. Dan itu diperbolehkan, kan? Bill
0 komentar: