Recent Posts

Sabtu, 27 Agustus 2011

0 komentar

Puisi Jalaluddin Rumi

Jalaluddin Rumi adalah penyair dari dunia timur yang mendunia. Bahkan dikatakan bahwa beliau itu adalah puncak yang tertinggi dari kepenyairan sufistik. Dan di Indonesia pun nama Jalaluddin Rumi sangat harum, sebagai pemuka agama dan penyair.

Berikut puisi-puisi Rumi. Selamat menikmati

 

NYANYIAN SERULING BAMBU

Dengarkan nyanyi sangsai Seruling Bambu
Mendesah selalu, sejak direnggut
Dari rumpun rimbunnya dulu, alunan
Lagu pedih dan cinta membara.

“Rahasia nyanyianku, meski dekat,
Tak seorang pun bisa mendengar dan melihat
Oh, andai ada teman tahu isyarat
Mendekap segenap jiwanya dengan jiwaku!

Ini nyala Cinta yang membakarku,
Ini anggur Cinta mengilhamiku.
Sudilah pahami betapa para pencinta terluka,
Dengar, dengarkanlah rintihan Seruling!”

MUSIK KENANGAN

Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa;
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi.

Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin.
Meski tumpul dan menyedihakan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi.

Oh, musik adalah hidangan bagi para pencinta,
Musik ’kan melambungkan jiwa ke dunia Sana.
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar:
Sembari menikmati dengan suka-ria kami pun dengar.

CINTA DALAM KETIADAAN

Betapa tak ’kan sedih aku, bagai malam, tanpa hari-Nya serta keindahan wajah hari terang-Nya?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!
Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya.
Titk air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekedar air mata.
Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah.
Hatiku bilang teriksa oleh-Nya, dan kutertawakan seluruh dalihnya.
Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!
Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Di manakah sang Kekasih, di manakah “kita” dan “aku”?
O Engkau, Jiwa yang bebas dari “kita” dan “aku”, O Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita.
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkau-lah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah, Engkau-lah Kesatuan itu.
Engkau ciptakan ”aku” dan ”kita” supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu,
Hingga seluruh ”aku” dan ”engkau” dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih.

”PERKAWINAN”

Betapa bahagia saat kita duduk di istana, kau dan aku,
Dua sosok dan dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan senandung burung ’kan menebarkan pesona
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang nan beredar sengaja menatap kita lama-lama:
Bagi mereka kita ’kan jadi bulan, kau dan aku.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, ’kan menyatu dalam kenikmatan puncak,
Bercanda ria serta bebas dari percakapan dungu, kau dan aku.
Burung-burung yang terbang di langit ’kan menatap iri
Karena kita tertawa riang gembira, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, duduk di sudut yang sama di sini,
Pada saat yang sama berada di Irak da khurasan, kau dan aku.

DUKACITA KEMATIAN

Pangeran umat manusia (Muhammad) sungguh mengatakan bahwa tak seorang pun yang meninggalkan dunia ini
Merasa sedih dan menyesal karena telah mati; sebaliknya, dia bahkan sangat menyesal karena telah kehilangan kesempatan,
Seraya berkata pada dirinya, ”Mengapa tak kujadikan kematian sebagai tujuanku – kematian sebagai gudang menyimpan segala keberuntungan dan kekayaan,
Dan mengapa, karena tampak ganda, aku tambatkan hidupku pada bayang-bayang yang mudah lenyap dalam sekejap?”
Dukacita kematian tiada hubungannya dengan ajal, karena mereka asyik dengan wujud keberadaan yang menggejala
Dan tak pernah memandang seluruh buih ini bergerak dan hidup karena Sang Lautan.
Bila Sang Lautan telah menepiskan buih ke pantai, pergilah ke kuburan dan lihatlah mereka!
Tanyakan kepada mereka, ”Di manakah arus gelombangmu kini?” dan dengarlah jawaban bisu mereka, ”Tanyakan kepada Sang Lautan, bukan kepada kami”.
Bagaimana buih dapat melayang tanpa ombak? Bagaimana debu terbang ke puncak tanpa angin?
Bila kaulihat debu, lihatlah pula Sang Angin; bila kau lihat buih, lihat pula Sang Samudra Tenaga Penciptan.
Mari, perhatikanlah, karena pernglihatan batinlah satu-satunya yang paling berguna dalam dirimu: selebihnya adalah keping-keping lemak dan daging, pakaian dan pembungkus (tulang dan nadi).
Leburkanlah seluruh tubuhmu ke dalam Penglihatan Batin: lihat, lihat, lihatlah!
Sekilas hanya sampai pada satu dua depa jalan; pandangan cermat akan alam duniawi dan spiritual menyampaikan kita pada Wajah Sang Raja.

TETAP INGKAR

Apabila ada yang mengatakan kepada janin di rahim, ”Di luar sana ada sebuah dunia yang teratur,
Sebuah bumi yang menyenangkan, penuh kesenagan dan makanan, luas dan lebar;
Gunung, lautan, dan daratan, kebun buah-buahan mewangi, sawah dan ladang terbetang,
Langitanya sangat tinggi dan berbinar, sinar mentari dan cahaya bulan serta tak terkira banyaknya bintang;
Keajaibannya tak terlukiskan: mengapa kau tetap tinggal, mereguk darah, di dalam penjara yang kotor lagi penuh penderitaan ini?
Janin itu, sebagaimana layaknya, tentua akan berpaling tak percaya sama sekali; karena yang buta tak memiliki imajinasi.
Maka, di dunia ini, ketika orang suci menceritakan ada sebuah dunia tanpa bau dan warna,
Tak seorang pun di antara orang-orang kasar yang mau mendengarkannya: hawa nafsu adalah sebuah rintangan yang kuat dan perkasa –
Begitupun dengan hasrat janin akan darah yang memberinya makanan di tempat yang hina
Merintanginya menyaksikan dunia luar, selama ia tak mengetahui makanan selain darah semata.

BELENGGU KEBERADAAN

  Dari-Mu air surut ini berasal dan dariku mengalir; Selanjutnya, O Yang Maha Agung, lautanku tenang.
Kini, dari sumber yang sama darimana kesengsaraan ini Engkau datangkan kepadaku, kirimkanlah pula kesenagan nan penuh kasih-sayang!
O Engkau yang penderitaannya membuat pria lemah bak wanita, tunjukkanlah kepadaku jalan yang satu itu, jangan biarkan aku tersesat mengikuti sepuluh jalan!
Aku seperti seekor unta yang letih: pelana kemauan-bebas telah membuat punggungku terasa memar
Dilantak berat keranjang-keranjang yang sebentar merosot ke sisi sini sebentar ke sisi sana.
Biarkan beban yang tak seimbang ini lepas, supaya aku dapat memamah rerumputan di Padang Rahmat-Mu.
Bagai sebutir debu di udara, ratusan ribu tahun aku melayang tak tentu arah tanpa mauku.
Jika aku telah melupakan waktu dan keadaan itu, perpindahan dalam tidur ’kan mengingatkan aku lagi pada kenangan.
Pada malam hari aku ’kan melarikan diri dari palang cabang empat ini menuju padang penggembalaan ruh.
Dari tidur sang perawat, kuhisap susu hari-hari laluku, O Tuan.
Seluruh makhluk melarikan diri dari kemauan-bebas dan keberadaan-diri mereka menuju ke diri mereka yang tak sadar.
Di atas diri sendiri mereka letakkan anggur kehinaan dan nyanyian supaya dapat bebas sesaat dari kesadaran diri mereka
Semua tahu, keberadaan adalah sebuah perangkap, sedangkan keinginan dan pikiran serta kenangan itu neraka.

”SEBUAH TIDUR DAN KETERLENAAN”

Seseorang yang tinggal bertahun-tahun di suatu kota, setelah ia tertidur segera,
Melihat kota lain yang penuh kebaikan dan keburukan, serta kotanya sendiri hilang dari pikirannya.
Ia tak pernah berkata pada dirinya, ”Ini sebuah kota baru: aku adalah seorang asing di sini”;
Sebaliknya, ia membayangkan selalu tinggal di kota ini, dilahirkan dan dibesarkan di sini.
Apakah mengherankan apabila, kemudian, jiwa tak ingat lagi akan kampung halamannya dan tanah kelahiran,
Karena ia lelap saat di dunia ini, bagai sebuah bintang diselimuti awan?-
Apalagi saat ia melangkahkan kaki di berbagai kota dan debu yang menutupi penglihatannya berlum tersapu.

RUH ORANG-ORANG SUCI

Ada air mengalir turun dari Surga
Membersihkan dunia dosa berkat rahmat Tuhan.
Lantas, setelah seluruh persediaannya habis, kebajikannya pun sirna,
Legam kena polusi dari yang bukan dirinya, segera
Kembali ia ke Sumber segala kesucian;
Setelah segar mandi, kembali ia ke bumi menyapu agi,
Menyeret jubah keluhuran cemerlang suci.

Air ini adalah Ruh Orang-orang suci,
Yang senantiasa memberi, sampai akhirnya papa,
Balsem Tuhan kepada jiwa yang menderita, kemudian kembali
Kepada Dia yang mencipta cahaya Surga paling murni.

PUTRA CAHAYA

Di balik jubah bintang ada Bintang-bintang yang tak berapi dan tak menakutkan,
Mereka beredar di Langit lain, bukan di tujuh langit yang dikenal kita semua,
Mereka tetap ada dalam radiasi Cahaya Tuhan, tidak saling berhubungan maupun berpisah satu sama lain.
Siapa pun yang memperoleh keberuntungan dari Bintang-bintang ini, jiwanya ’kan tetap mampu menghalau dan menghabiskan orang-orang yang tak beriman.
Tuhan memercikkan Cahaya-Nya atas semua jiwa manusia, namun hanya orang yang dikaruniailah yang menyingsingkan lengan bajunya ’tuk menerimanya;
Dan, setelah memperoleh karunia cahaya itu, mereka memalingkan wajahnya dari segala kecuali Tuhan.
Begitulah yang berasal dari laut kembali ke laut: ia kembali ke tempat dari mana ia datang-
Dari gunung arus air deras mengalir, dari tubuh kita jiwa pun bergerak karena ilham cinta.

CINTA, SANG PENERANG

Perih Cinta inilah yang membuka tabir hasrat pencinta:
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati ini.
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat
Dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi.
Apakah dari jamur langit ataupun jamur bumi,
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada akhirnya.
Akal ’kan sia-sia bahkan menggelepar ’tuk menerangkan Cinta,
Bagai keledai dalam lumpur: Cinta adalah sang penerang Cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari?
Perhatikanlah ia! Seluruh bukit yang kau cari ada di sana.

CINTA WANITA

Jika secara lahir isterimu yang kauatur, maka secara batin engkaulah yang diatur isterimu yang kaudambakan itu
Inilah ciri khas Manusia: pada jenis binatang lain cinta kurang terdapat, dan itu menunjukkan rendahnya derajat mereka.
Nabi bersabda bahwa wanita mengungguli orang bijak, sedangkan laki-laki yang sesat mengunggulinya; karena pada mereka kebuasan bintang tetap melekat.
Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang.
Wanita adalah seberkas sinar Tuhan: dia bukan kekasih duniawi. Dia berdaya cipta: engkau boleh mengatakan dia bukan ciptaan.

KEINDAHAN ILAHI

Para raja menjilat bumi tempat pekan raya terjadi,
Karena Tuhan telah bercampur dalam bumi yang berdebu
Seteguk Keindahan tercecap dari cawan pilihan-Nya.
Inilah dia, cinta terkasih – bukan bibir tanah liat ini –
Yang kauciumi dengan ratusan kenikmatan,
Lalu bayangkan, apa yang mesti terjadi bila dirimu suci!

”KEPADA-MU AKU MENGHADAP”

O Kau yang menghibur jiwaku di kala duka
O kau harta ruhku di kala pahitnya maut datang mencengkam!
Yang khayalan tak sanggup menduga, dan pengertian tak sampai menyaksikan,
Mengunjungi jiwaku dari-Mu; maka kepada-Mu aku menghadapkan doaku.
Dengan keagungan-Mu ke kehidupan abadi kutetapkan tatapan mesraku,
Kecuali, O Raja, bila kemegahan duniawi menyesatkanku.
Pertolongan dia yang membawa kabar gembira dari-Mu,
Meski tanpa panggilan-Mu, bagi telingaku lebih merdu daripada lagu-lagu.
Walau Karunia yang tak pernah berhenti 'kan menawarkan kerajaan,
Walau Harta benda yang Tersembunyi di hadapanku ’kan diletakkan,
Aku akan bersujud dengan seluruh jiwaku, 'kan kuletakkan wajahku pada debu
Aku akan berseru, "Dari semuanya ini, cinta dari yang Satu itulah yang kudambakan!"

KEBENARAN DALAM

Ada sebuah taman indah, penuh pohon dan buah-buahan
Serta anggur dan kerindangan hijau rerumputan. Di sana seorang Sufi
Duduk, mata terpejam, kepalanya terkulai di atas lututnya,
Tenggelam dalam tafakur yang dalam.
”Mengapa,” tanya orang lain, ”anda tak memperhatikan
Tanda-tanda Tuhan Yang Maha Pengasih ini dipertunjukkan
Di sekelilingmu, yang Dia tawarkan untuk direnungkan?”
”Tanda-tanda itu,” sahutnya, ”kulihat di dalam;
Di luar tak lain kecuali simbol dari Tanda-tanda.”

Apakah segala keindahan di dunia ini? Bayang-bayang,
Laqksana pantulan dahan bergoyang di permukaan air mengalir,
Dari taman abadi yang membentang
Tak pernah layu di dalam hati Manusia-manusia Sempurna.

PARA SUFI MENGETAHUI

Karena hanya Ma’rifah satu-satunya tunggangan Mu’min sejati, dia mengetahui dengan pasti, dari siapa pun dia harus mendengarkan Ma’rifah,
Dan ketika dia saling berhadapan dengannya, mana mungkin ada keraguan? Bagaiman mungkin dia akan salah?
Jika kau bilang pada orang yang kehausan – “Ini segelas air: minumlah!”-
Mungkinkah dia menjawab? – “Itu kan cuma ucapan kosong: jangan ganggu aku, O pembual, enyahlah.”
Atau andaikan seorang ibu berseru kepada bayinya, “Dengar aku ini ibumu: anakku!”-
Mungkinkah ia berkata? - “Tunjukkan dulu buktinya, supaya aku nikmat menetek susumu.”
Bila penglihatan batin telah bersemayam di lubuk hati seseorang, wajah dan suara nabi jadi mu’jizat yang nyata.
Bila nabi berseru dari luar, jiwa orang itu akan luluh memuja dari dalam,
Karena takkan pernah di dunia ini telinga jiwa mendengar seruan yang sama seperti yang didengarnya.
Seruan yang sangat mempesona itu terdengar oleh jiwa yang menyendiri –seruan Tuhan, “Lihatlah, Aku dekat.”

TIDUR TERHADAP DUNIA

Setiap malam Kau bebaskan ruh kami dari jerat tubuh dan Kau hapus seluruh kenangan dari ingatan.
Setiap Malam ruh kami bebas dari sangkar ini, selesailah sudah segala pertemuan, bincang-bincang dan kisah.
Di malam hari para tahanan melupakan penjaranya, di malam hari para pembesar pun melupakan kekuasaannya.
Tiada duka, pertimbangan untung maupun rugi, gagasan orang ini ataupun orang lain.
Demikianlah keadaan orang Sufi, sekalipun dia tak lagi tidur: Tuhan berfirman, “(Kau tentu mengira mereka itu bangun) padahal mereka itu tidur.”
Dia tertidur, siang dan malam, terhadap urusan-urusan dunia ini, bagai sebuah pena di tangan Tuhan.
Tuhan telah memperlihatkan sebagian keadaannya, sedangkan orang yang kasar pun oleh tidur dapat terbuai:
Ruh mereka masuk ke Hutan Belantara yang kata tak sanggup mengucap, kata-kata, jiwa dan tubuh mereka istirahat.
Hingga dengan sebuah siulan Kau panggil mereka kembali ke jeratnya, membawa mereka kembali ke keadilan dan pengadilan.
Di saat fajar, seperti Israfil, Dia memanggil mereka kembali dari Sana ke dunia rupa.
Ruh-ruh yang tak berbentuk Dia tawan sekali lagi dan menjadikan setiap tubuh sarat ( dengan amal baik dan buruk).

ORANG-ORANG MU’MIN SATU JIWA

Orang-orang Mu’min itu banyak, namun Iman itu hanya satu; tubuh mereka itu beraneka-ragam, namun jiwa mereka hanya satu.
Selain pengertian dan jiwa yang juga dimiliki sapi dan keledai, Manusia memiliki akal pikiran dan jiwa lain.
Lagi pula, pada diri pemilik nafas Ilahi, ada jiwa lain yang lain dari jiwa manusia.
Jiwa bintang tak memiliki kesatuan: jangan pula mencari kesatuan dari ruh halus itu.
Jika pemiliknya memakan roti, tetangganya tak merasa kenyang; tetangganya pun tak merasa terbebani, jika dia memikul beban;
Bahkan senang atas kematian tetangganya dan mati lantaran iri melihat tetangganya sejahtera.
Jiwa serigala dan anjing bercerai-berai; jiwa Singa-singa Tuhan berpadu menjadi satu.
Jiwa yang kubicarakan tentu saja jiwa mereka yang banyak, karena Jiwa yang tunggal itu ratusan kali banyaknya kalau dihubungkan dengan badan.
Sama seperti tunggalnya cahaya matahari di langit menjadi ratusan kali banyaknya bila menyentuh haaman rumah yang disinarinya;
Namun apabila kaupindahkan dinding-dinding, seluruh cahaya yang berpendar itu satu dan sama juga.
Apabila rumah jasmani tak memiliki fondasi yang tersisa, Orang-orang Mu’min tetap satu jiwa.

TANGGA MENUJU KE SURGA

Indera duniawi adalah tangga menuju ke dunia ini; indera religi adalah tangga menuju ke Surga.
Mintalah kesejahteraan indera itu dari tabib; mintalah kesejahteraan indera ini dari dari kekasih Tuhan.
Jalan spiritual adalah menghancurkan tubuh dan, setelah itu, memperbaikinya demi kemakmuran:
Hancurkan rumah itu demi harta keemasan, dan dengan harta itu pula bangunlah rumah yang lebih baik daripada yang sebelumnya;
Bendunglah air dan bersihkanlah dasar sungai, kemudian biarkanlah air minum mengalir ke dalamnya;
Torehlah kulit dan cabutlah duri, kemudian biarkan kulit segar tumbuh menutupi luka;
Runtuhkanlah dan rebutlah benteng dari orang kafir, kemudian bangunlah di atasnya ratusan menara dan kubu pertahanan.
Kadang kala tindakan Tuhan nampak seperti ini, kadang kala justru sebaliknya: agama (yang benar) tak lain hanyalah kebingungan.
(Yang kumaksudkan) bukan orang yang bingung sehingga memalingkan punggung kepada-Nya; bukan itu, melainkan orang yang bingung dan tenggelam serta mabuk karena Sang Kekasih.
Sementara wajah orang lain hanya menghadap dirinya sendiri, wajahnya menghadap Sang Kekasih.
Tataplah wajah setiap orang dengan seksama, perhatikan baik-baik: mungkin dengan melayani (para Sufi) engkau akan mengetahui wajah (Orang Suci).
Karena setan sering berwajah Adam, jangan ulurkan tanganmu ke sembarang tangan;
Karena pemburu unggas yang bersiul memikat burung dia telah bertekad untuk menangkap,
Siapa yang mendengar siulnya dan turun dari udara ’kan menemukan dirinya telah terjerat,
Begitulah caranya orang keji mencuri bahasa para darwis untuk memikat dan menipu si lugu.
Perbuatan orang-orang suci itu seperti cahaya dan panas; perbuatan orang-orang jahat itu tipu muslihat dan tak tahu malu.

SUFI SEJATI

Apa yang membuat orang jadi Sufi? Kesucian hati;
Bukan gamis kumal dan berahi liar
Mereka yang terikat dunia yang jahat mencuri namanya.
Di tengah tumpukan sampah dia (Sufi sejati) dapat melihat intisarinya:
Tentram dalam derita, girang dalam sengsara.
Hantu-hantu pengawal, yang menjaga dengan pentungan
Dan tirai perlindungan pintu gerbang isatan Keindahan,
Akan memberinya jalan, dan tanpa takut ia melangkah,
Sambil memperlihatkan panah San Raja, ia pun masuk ke dala

ORANG YANG BERPALING KETIKA BERJALAN KE NERAKA

Malaikat pelindung, yang biasanya berjalan tak kelihatan di muka dan di belakangnya, kini kelihatan seperti polisi.
Mereka menyeret, memukulnya dengan tongkat sambi membentak, ”Pergi kau, O anjing, ke kandangmu!”
Dia berpaling ke Hadirat Yang Maha Suci: air matanya bercucuran bagai hujan musim gugur. Selain harapan-apa lagi yang dia miliki?
Maka dari Tuhan di kerajaan Cahaya datanglah titah-"Katakan kepadanya: ’iniah imbalan bagi orang yang tak pernah berbuat kebajikan,
Kau telah melihat catatan hitam dosa-dosamu. Apa lagi yang kauinginkan? Mengapa kau tetap tinggal di situ dalam kesia-siaan?”
Dia menjawab, ” Tuhan, Engkau lebih mengetahui, aku ratusan kali lebih buruk daripada yang telah Engkau nyatakan;
Namun di balik upaya dan tindakanku, di balik kebaikan dan kejahatanku, serta di balik iman dan kufurku,
Bahkan di balik hidupku yang lurus maupun menyimpang-sungguh kumohon akan Kasih-Sayang-Mu.
Kembali kupalingkan diriku pada Karunia suci, tak kuperhatikan seluruh amal diriku.
Engkau memberiku wujud sebagai jubah kehormatanku: aku selalu menyandarkan diri pada kasih-sayang itu.”
Ketika dia mengakui semua dosanya, Tuhn berfirman kepada Malaikat, ”Bawa dia kembali, karena dia tidak pernah kehilangan harapan pada-Ku.
Sebagai seorang yang mempedulikan kesia-siaan, Aku akan membebaskannya dan menghapuskan seluruh pelanggarannya.
Aku akan menyalakan api Rahmat yang setidak-tidaknya perciknya saja dapat menghabiskan seluruh dosa dan beban serta kemauan bebasnya.
Aku akan meletakkan api di rumah Manusia dan membuat duri-durinya bagai kuntum bunga-bunga mawar.”


TEMPAYAN SPIRITUAL

Kebenaranmu tersmbunyi dalam dusta, laksana rasa mentega dalam dadihnya.
Dustamu adalah tubuh yang fana ini; kebenaranmu adalah ruh Ilahiah.
Bertahun-tahun dadihlah yang tinggal dalam pandangan, sementara menteganya hilang bagai tak pernah ada,
Sampai Tuhan mengirim Utusan, seorang Hamba pilihan, untuk menggoncang dadih dalam tempayan-
Menggoncangkannya dengan metode dan ketrampilan, serta mengajariku bahwa diriku yang sebenarnya tersembunyi.
Dadih telah basi: jagalah, jangan biarkan ia mengalir sampai kau sadap mentega daripadanya.
Ubahlah ia secara terampil, sampai ia dapat mengungkapkan rahasianya.
Kefanaan tubuh adalah bukti keabadian ruh: berkeliarannya pemabuk yang bersuka-ria membuktikan adanya pembawa cawan.

PENGIKUT BUTA

Beo yang tengah memandang cermin melihat
Dirinya, namun bukan gurunya yang sembunyi di belakang,
Dan belajar percakapan Manusia, seraya mengira
Burung sejenisnya tengah berbicara dengannya.

Begitulah murit yang mementingkan diri
Tak melihat apa-apa dalam diri Syaikh kecuali dirinya sendiri.
Akal Universal memang fasih bicara
Di belakang cermin pelajaran Syaikh-
Ruh yang merupakan rahasia Manusia-
Tak dapat dilihatnya. Kata-kata ditiru, dihafal
Itu saja. Jadi beolah dia yang tak punya sahabat akrab!

BURUNG-BURUNG SULAIMAN

Kefasihan burung-burung istana hanyalah gema: di manakah percakapan burung-burung Sulaiman?
Bagaimana engkau akan mengenal pekik mereka, sementara engkau tak pernah melihat Sulaiman walau hanya selintas?
Jauh di seberang Timur dan Barat, terbentang sayap-sayap burung yang lagunya menggetarkan hati para pendengarnya:
Dari ’Arsy Tuhan ke bumi dan sebaiknya ia terbang dalam kemuliaan dan keagungan.
Burung yang terbang tanpa Sulaiman ini hanyalah seekor kelelawar yang jatuh cinta kepada kegelapan.
Dekatkan dirimu pada Sulaiman, O kelelawar hina, jangan biarkan dirimu selamanya dalam kegelapan.
Terbanglah ke arah itu hanya satu elo, dan seperti elo yang engkau inginkan menjadi norma ukuran.
Sekalipun dengan pincang dan tertatih-tatih berjalan ke arah itu engkau akan dibebaskan dari kepincangan dan ketertatihan.

0 komentar:

Best viewed on firefox 5+

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Copyright © Design by Dadang Herdiana