Ajip Rosidi
KOLAM ~ Ajip Rosidi
Ikan-ikan berenangan dalam kolam yang bening-bening
Tak tepercik niat meloncat menerjang langit luas terbentang
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Tak tepercik niat meloncat menerjang langit luas terbentang
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
WAYANG ~ Ajip Rosidi
Bayang-bayang yang digerakkan sang dalang
datang dan hilang, hanya jejaknya tinggal terkenang
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
datang dan hilang, hanya jejaknya tinggal terkenang
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
INGAT AKU DALAM DOAMU ~ Ajip Rosidi
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
PERTEMUAN DUA ORANG SUFI ~ Ajip Rosidi
Ketika keduanya berpapasan, tak sepatah pun kata teguran
Hanya dua pasang mata yang tajam bersitatapan
Suhrawardi atas kuda : "Betapa dalam kulihat
Samudra segala hakikat!"
Dan Muhyiddin di atas keledai: "Betapa fana dia
yang setia menjalani teladan Rasulnya."
Ketika keduanya bertemu, tak pun kata-kata salam
Tapi keduanya telah sefaham dalam diam.
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Hanya dua pasang mata yang tajam bersitatapan
Suhrawardi atas kuda : "Betapa dalam kulihat
Samudra segala hakikat!"
Dan Muhyiddin di atas keledai: "Betapa fana dia
yang setia menjalani teladan Rasulnya."
Ketika keduanya bertemu, tak pun kata-kata salam
Tapi keduanya telah sefaham dalam diam.
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Aku ~ Ajip Rosidi
Tinju menghantam. Belati menikam.
Seluruh dunia bareng menyerang, menerkam.
Aku bertahan. Karena diriku
Dalam badai, gunung membatu.
Lengang sebatang pinang
Di padang pusaran topan.
Segala arah menyerang. Dari luar, dalam.
Tikaman tiada henti. Siang, malam.
Aku bertahan. Karena hidup
Muatan duka nestapa
Yang kuterima ganda ketawa
1963
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Seluruh dunia bareng menyerang, menerkam.
Aku bertahan. Karena diriku
Dalam badai, gunung membatu.
Lengang sebatang pinang
Di padang pusaran topan.
Segala arah menyerang. Dari luar, dalam.
Tikaman tiada henti. Siang, malam.
Aku bertahan. Karena hidup
Muatan duka nestapa
Yang kuterima ganda ketawa
1963
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
MIMPI KITA SIANG HARI ~ Ajip Rosidi
I
Dalam terik sinar matahari
Kulihat kau melambai:
Bayang-bayangku ataukah aku sendiri
Yang kaupeluk dan kaubelai?
II
Kebun belakang rumah, kolam ikan
Anak-anak bermain, kau menyulam
Menjalin helai-helai peruntungan kita
Dengan benang cinta.
III
Dalam cahaya rembulan
Kau perlahan bersenandung
Meski terpisah gelombang lautan
Kudengar sansai suaramu murung
IV
Jalan lengang panjang,
Wahai!
Mengarah ke batik kelam,
Aduhai!
1969
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Dalam terik sinar matahari
Kulihat kau melambai:
Bayang-bayangku ataukah aku sendiri
Yang kaupeluk dan kaubelai?
II
Kebun belakang rumah, kolam ikan
Anak-anak bermain, kau menyulam
Menjalin helai-helai peruntungan kita
Dengan benang cinta.
III
Dalam cahaya rembulan
Kau perlahan bersenandung
Meski terpisah gelombang lautan
Kudengar sansai suaramu murung
IV
Jalan lengang panjang,
Wahai!
Mengarah ke batik kelam,
Aduhai!
1969
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Kucari musik ~ Ajip Rosidi
Kucari musik
Yang brisik
Yang berontak
Memberangsang
Kucari musik
Yang sejuk
Yang mengalun
Tenteram
Kucari musik. Setiap saat kucari musik.
Musik yang menggairahkan
Mengendap dalam hati.
Musik menyelinap dalam celah-celah waktu
Merasuk dalam jiwa
Mengusap luka-luka hidup yang nyeri
Dan menidurkan tangan-tangan durhaka yang lelah
Dalam pangkuanMu.
Maka kasihMu
mengalir abadi.
1968
Yang brisik
Yang berontak
Memberangsang
Kucari musik
Yang sejuk
Yang mengalun
Tenteram
Kucari musik. Setiap saat kucari musik.
Musik yang menggairahkan
Mengendap dalam hati.
Musik menyelinap dalam celah-celah waktu
Merasuk dalam jiwa
Mengusap luka-luka hidup yang nyeri
Dan menidurkan tangan-tangan durhaka yang lelah
Dalam pangkuanMu.
Maka kasihMu
mengalir abadi.
1968
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Hanya dalam puisi ~ Ajip Rosidi
Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?
Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar.
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
1968
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?
Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar.
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
1968
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Tretes malamhari ~ Ajip Rosidi
Di Tretes malamhari
Semuanya jadi mati:
Surabaya nun jauh di bawah
Gunung Wilis terpacak sebelah kiri
(Aku teringat akan leluri
Ten tang Buta Locaya dan Plecing Kuning)
Apakah Waktu di sini berhenti
Mengendap dalam cahaya lampu pelabuhan
di tepi kaki langit?
Angin naik dari lembah.
Bayang-bayang daun bergoyang
Rumput-rumput pun berdesir.
Ataukah
Hanya hatiku bergetar?
Kucari kau .
Kucari di remang hijau.
Yang mengambang di muka kolam
Wajahmu ataukah bayangan bulan?
Lalu kututupkan jendela.
Malam lengang.
Malamku yang lengang.
1968
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Semuanya jadi mati:
Surabaya nun jauh di bawah
Gunung Wilis terpacak sebelah kiri
(Aku teringat akan leluri
Ten tang Buta Locaya dan Plecing Kuning)
Apakah Waktu di sini berhenti
Mengendap dalam cahaya lampu pelabuhan
di tepi kaki langit?
Angin naik dari lembah.
Bayang-bayang daun bergoyang
Rumput-rumput pun berdesir.
Ataukah
Hanya hatiku bergetar?
Kucari kau .
Kucari di remang hijau.
Yang mengambang di muka kolam
Wajahmu ataukah bayangan bulan?
Lalu kututupkan jendela.
Malam lengang.
Malamku yang lengang.
1968
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Bayangan ~ Ajip Rosidi
Bayanganmu terekam pada permukaan piring, pada dinding
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.
Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.
Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.
1967
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.
Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.
Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.
1967
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Cinta dan kepercayaan ~ Ajip Rosidi
Dalam hidup 'kan kupertahankan
Nilai hubungan antar-manusia, didasarkan
Atas cinta dan kepercayaan.
'Kan kupertahankan kehangatan
Gamitan dua tangan, menyampaikan
Kehangatan rasa dua jiwa.
Cinta adalah bunga tumbuh
Atas kesuburan tanah kasih, berakarkan
Hati mau mengerti, saling membagi.
Dan kepercayaan, landasan
Kerelaan dan kemesraan.
Pertalian dua hati.
1960
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
Nilai hubungan antar-manusia, didasarkan
Atas cinta dan kepercayaan.
'Kan kupertahankan kehangatan
Gamitan dua tangan, menyampaikan
Kehangatan rasa dua jiwa.
Cinta adalah bunga tumbuh
Atas kesuburan tanah kasih, berakarkan
Hati mau mengerti, saling membagi.
Dan kepercayaan, landasan
Kerelaan dan kemesraan.
Pertalian dua hati.
1960
Puisi Oleh: Ajip Rosidi
0 komentar: