KATA PENDAHULUAN
Sebelum kedatangan Nabi Suci, orang-orang hanya mempercayai kebenaran atas nabinya serta kitab sucinya masing-masing. Bahkan misalnya sampai sekarang seorang Yahudi hanya percaya kepada para nabi Bani Israil, seorang Kristen percaya kepada Yesus dan nabi-nabi Bani Israel lainnya dengan setengah hati, seorang Buddhis kepada Buddha, seorang Majusi kepada Zoroaster dan kepada beberapa nabi di negerinya sendiri, seorang Hindu kepada para Rishi yang muncul di India, tetapi Islam datang dengan suatu konsep baru dari agama. Dia menarik perhatian kita ke seluruh alam semesta dan menemukan benang merah dari semua agama Tuhan. Ketuhanan Allah yang melingkupi segala sesuatu telah dijelaskan dalam kata-kata yang paling awal dari al-Quran:
"Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam"(1:1)
adalah benar-benar seirama dengan sifat agama Islam yang kosmopolitan, yang meminta pengakuan atas kebenaran semua nabi di segala bangsa; karena itu karakteristik yang paling mnonjol ialah bahwa dia meminta para penganutnya agar beriman kepada seluruh agama besar di dunia, yang sebelum Islam telah diwahyukan Tuhan. Ini adalah prinsip dasar dari Islam, bahwa seorang Muslim itu juga harus beriman kepada semua nabi di pelbagai bangsa yang berbeda-beda di dunia. Sebagai permulaan al-Quran dengan jelas menyatakan:
"Dan yang beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau" (2:4).
Alasan mengapa para nabi dibangkitkan di segala bangsa di dunia telah dinyatakan sendiri dalam Quran Suci:
"Agar manusia tak mempunyai alasan untuk menentang Allah setelah (datangnya) para Utusan" (4:165);
dan juga ditambahkan,
"Dan Kami tak akan menjatuhkan siksaan sampai Kami bangkitkan seorang Utusan"(17:15).
Dengan perkataan lain, azab di akhirat itu hanya akan diterapkan setelah manusia diperingatkan melalui utusan Allah,
"Dan bagi tiap-tiap umat ada Utusan. Maka apabila Utusan mereka datang, perkara akan diputuskan dengan adil, dan mereka tak akan dianiaya"(10:47).
Diterangi perintah yang jelas dari Quran Suci ini, jika ada suatu kaum di bumi ini yang tidak melihat nabi di antara mereka, maka Tuhan tidak akan menyiksa dia; mereka akan masuk Surga tanpa ditanya sama sekali, karena kilah mereka di hadapan Allah kiranya adalah yang seperti di bawah ini:
"Tuhan kami, mengapa tak Engkau utus kepada kami seorang Utusan, sehingga kami dapat mengikuti ayat-ayat Engkau, dan kami menjadi golongan orang beriman"(28:47).
Dan bila kita menemukan dalam kitab wahyu kita nubuatan tentang datangnya "Yang diharapkan oleh segala bangsa" atau "segel dari semua nabi-nabi" sebagaimana yang dicantumkan dalam Kitab-kitab Suci Israel maka kita harus beriman kepadanya, ketika dia muncul untuk memenuhi nubuatan semacam itu. Adalah suatu ketidak-adilan dari fihak Tuhan segala bangsa bila Dia akan mewahyukan suatu nubuatan tentang datangnya "rahmat untuk segala bangsa" hanya dalam satu buku khusus untuk suatu kaum saja dan pada hari pengadilan Dia lalu mengutuk semua bangsa di dunia sebagai kafir dan mengirimnya ke dasar Neraka. Quran Suci mendeklarasikan bahwa Nabi kita adalah "rahmat untuk segala
"Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa"(21:107).
Beliau tidak saja menjadi rahmat bagi umat Yahudi dan Kristiani saja melainkan juga sebagai pembenar dari semua nabi dan Kitab-kitab Suci di seluruh dunia. Maka seorang Muslim tidak hanya beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. melainkan juga kepada semua nabi lain di dunia, dan hanya inilah yang bisa melicinkan hubungan antara pelbagai bangsa di dunia.
ABDUL HAQUE
Muslim Town,
Lahore 24 September 1975.
"Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam"(1:1)
adalah benar-benar seirama dengan sifat agama Islam yang kosmopolitan, yang meminta pengakuan atas kebenaran semua nabi di segala bangsa; karena itu karakteristik yang paling mnonjol ialah bahwa dia meminta para penganutnya agar beriman kepada seluruh agama besar di dunia, yang sebelum Islam telah diwahyukan Tuhan. Ini adalah prinsip dasar dari Islam, bahwa seorang Muslim itu juga harus beriman kepada semua nabi di pelbagai bangsa yang berbeda-beda di dunia. Sebagai permulaan al-Quran dengan jelas menyatakan:
"Dan yang beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau" (2:4).
Alasan mengapa para nabi dibangkitkan di segala bangsa di dunia telah dinyatakan sendiri dalam Quran Suci:
"Agar manusia tak mempunyai alasan untuk menentang Allah setelah (datangnya) para Utusan" (4:165);
dan juga ditambahkan,
"Dan Kami tak akan menjatuhkan siksaan sampai Kami bangkitkan seorang Utusan"(17:15).
Dengan perkataan lain, azab di akhirat itu hanya akan diterapkan setelah manusia diperingatkan melalui utusan Allah,
"Dan bagi tiap-tiap umat ada Utusan. Maka apabila Utusan mereka datang, perkara akan diputuskan dengan adil, dan mereka tak akan dianiaya"(10:47).
Diterangi perintah yang jelas dari Quran Suci ini, jika ada suatu kaum di bumi ini yang tidak melihat nabi di antara mereka, maka Tuhan tidak akan menyiksa dia; mereka akan masuk Surga tanpa ditanya sama sekali, karena kilah mereka di hadapan Allah kiranya adalah yang seperti di bawah ini:
"Tuhan kami, mengapa tak Engkau utus kepada kami seorang Utusan, sehingga kami dapat mengikuti ayat-ayat Engkau, dan kami menjadi golongan orang beriman"(28:47).
Dan bila kita menemukan dalam kitab wahyu kita nubuatan tentang datangnya "Yang diharapkan oleh segala bangsa" atau "segel dari semua nabi-nabi" sebagaimana yang dicantumkan dalam Kitab-kitab Suci Israel maka kita harus beriman kepadanya, ketika dia muncul untuk memenuhi nubuatan semacam itu. Adalah suatu ketidak-adilan dari fihak Tuhan segala bangsa bila Dia akan mewahyukan suatu nubuatan tentang datangnya "rahmat untuk segala bangsa" hanya dalam satu buku khusus untuk suatu kaum saja dan pada hari pengadilan Dia lalu mengutuk semua bangsa di dunia sebagai kafir dan mengirimnya ke dasar Neraka. Quran Suci mendeklarasikan bahwa Nabi kita adalah "rahmat untuk segala
"Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa"(21:107).
Beliau tidak saja menjadi rahmat bagi umat Yahudi dan Kristiani saja melainkan juga sebagai pembenar dari semua nabi dan Kitab-kitab Suci di seluruh dunia. Maka seorang Muslim tidak hanya beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. melainkan juga kepada semua nabi lain di dunia, dan hanya inilah yang bisa melicinkan hubungan antara pelbagai bangsa di dunia.
ABDUL HAQUE
Muslim Town,
Lahore 24 September 1975.
0 komentar: